Jumat, 19 Maret 2010

Aneh...

Aneh... Entah itu cuma kebetulan atau apa, tapi kok sepertinya sering sekali terjadi. Apakah itu?

Setiap kali aku buka facebook, entah lewat laptop ataupun handphone, ada account salah satu temanku yang hampir selalu muncul di paling atas, dan kalau nggak di paling atas, ya di urutan ke-2 atau 3 dari atas, meskipun kadang2 postingnya sudah beberapa jam sebelumnya. Kenapa bisa begitu ya? Aku juga nggak tahu.

Apa ada maksud dari kebetulan-kebetulan yang sering terjadi itu ya? Who knows? Only God knows =)

Hehehe... Curhat dikit nih.

GBUs all....

Rabu, 17 Maret 2010

Lagi Ngapain?

"Lo lagi ngapain? Pasti nonton." Itu salah satu pernyataan (pertanyaan yang dijawab sendiri) dari sahabatku tiap chatting. Haha... Sejarah munculnya pernyataan itu karena saking seringnya dia tanya aku lagi ngapain dan jawabannya 95% lagi nonton, kesimpulannya aku nonton terus. Hehe... Nggak salah sih, karena aku memang hobi nonton :)

Post terakhir juga soal film Eight Below kan? Aku memang hobi nonton, tapi kebanyakan film yang kutonton tuh film Barat or Korea. Film Indonesia nggak gitu suka, paling beberapa FTV & film layar lebar yang 'bermutu' aja. Bukan nggak cinta produk dalam negeri, tapi kenyataannya memang produk perfilman negeri kita masih kalah jauh dari negara-negara lain, terutama Amerika dan Korea. Ini pendapatku pribadi lho, dua negara tadi yang saat ini jadi Leader di dunia perfilman.

Sebelum membandingkan dengan produk negara lain, review sejenak produk dalam negeri ya...
1. Sinetron
Kalau mau jujur, kebanyakan sinetron Indonesia kurang bermutu, dalam arti ceritanya bisa ditebak, kepanjangan, dan yang paling parah adalah : hampir nggak ada pesan moralnya. Yang ditonjolkan adalah penderitaan si pemeran utama yang sikapnya baik kayak malaikat tapi kadang-kadang terlalu polos, bahkan cenderung 'bodoh' dan si pemeran antagonis yang jahatnya nggak ketulungan.
2. Film Layar Lebar
Industri perfilman layar lebar Indonesia sih udah cukup maju dibandingkan sepuluh tahun lalu. Ya, sejak munculnya Petualangan Sherina, disusul Joshua oh Joshua, Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel I'm In Love, semakin banyak film layar lebar yang diproduksi. Kategori ini bisa dibilang lebih baik dibandingkan sinetron. Selain jalan cerita yang nggak berbelit-belit, ide cerita juga lebih kreatif, karena kadang-kadang juga diambil dari novel, seperti Laskar Pelangi. Tapi... Tetap saja masih banyak yang perlu dibenahi. Contohnya : jalan cerita yang bias seperti di kebanyakan film horror yang menampilkan adegan vulgar. Memang ada hubungannya ya antara adegan seronok dan menyeramkan sehingga banyak sekali film horror yang berbau vulgar? Atau adegan-adegan itu cuma jadi bumbu untuk menarik minat penonton? Menurutku, kalau mau bikin film horror, yang seram sekalian, nggak perlu diberi ekstra penyedap yang nggak penting. Kalau memang mau bikin film vulgar, ya sekalian saja. Intinya, jangan setengah-setengah.
3. FTV
FTV sekarang menurutku cukup baik. Walaupun jalan ceritanya juga nggak terlalu sulit ditebak, tapi penyampaiannya yang ringan dan nggak berbelit-belit serta nggak bercampur antar genre film (horor dan vulgar, misalnya) justru menjadi kelebihan FTV.

Nah, bagaimana dengan film Amerika atau dikenal dengan Hollywood? Jangan ditanya deh, itu kan pusat perfilman dunia, jadi agak terlalu jauh kalo mau membandingkan karya dalam negeri dengan film-film berkaliber dunia. Bukannya mengecilkan film Indonesia lho, tapi realistis. Menurutku, film-film Indonesia yang bisa bersaing di dunia perfilman Hollywood adalah film sejenis Laskar Pelangi, Denias Senandung Di Atas Awan, atau film lainnya yang memiliki pesan yang bagus di dalam ceritanya.

Lalu, perbandingan dengan Korea. Kalo soal drama Korea, sorry to say, jauh sekali mutunya jika dibandingkan dengan sinetron Indonesia. Lihat saja berapa banyak drama Korea yang diadaptasi secara ilegal menjadi sinetron, alasannya karena tentu saja ceritanya menarik. Bahkan ada film Korea yang diadaptasi secara resmi di Hollywood karena ceritanya yang unik.

Oya, ada sedikit tambahan. Bollywood. Dulu, film India dikenal dengan nyanyian dan tarian, dimana ada pohon, pasti langsung menyanyi dan menari. Tapi, baru-baru ini India mengubah image film-nya dengan film terbaru berjudul My Name Is Khan. Dengan bobot cerita yang baik, ditambah promosi besar-besaran, keberanian mengambil adegan film di White House, menciptakan sejarah baru dalam dunia perfilman India.

Lalu, kapan perfilman Indonesia maju? Bukan hanya film layar lebar, tapi layar kaca juga perlu mengalami pembaharuan. Kalo anda peduli terhadap perfilman Indonesia, yuk kita sama-sama ambil bagian dalam merubah sejarah perfilman Indonesia. Bagaimana caranya? Ikut terlibat. Tidak berarti beramai-ramai mengajukan diri menjadi artis lho... Mulai dengan mencari ide-ide segar untuk dibuat film, temukan ciri khas perfilman Indonesia, dll. Tidak sulit kan?

Go Perfilman Indonesia!!!

Senin, 15 Maret 2010

Perikebinatangan or perikemanusiaan?

I just finished watch one of my favourite movie. Eight Below. Mungkin film-nya nggak terkenal-terkenal amat, tapi berkesan banget buatku. Pesan moralnya, terutama. Aku ceritain sedikit ya... (agak banyak kayaknya, hehe...)


Eight Below

Seorang anggota tim penelitian di Antartica bernama Jerry Shepard. Salah satu tugasnya adalah mengantar  seorang ilmuwan, Dr. Davis McClaren yang datang ke Antartica untuk mencari batu dari planet Merkurius yang konon jatuh di sekitar situ, dan karena waktu Dr. McClaren datang pas salju sudah mulai menipis, jadi perjalanan nggak bisa dengan mobil salju, cuma bisa dengan kereta salju yang ditarik anjing-anjing salju. Singkat cerita, perjalanan mencari batu Merkurius itu berhasil dan Dr. McClaren bisa kembali dengan selamat berkat Jerry dan kedelapan anjingnya : Maya (the leader), Old Jack, Max, Dewey, Truman, Shadow, Buck, dan Shorty. Tapi, karena Jerry dan Dr. McClaren harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan terhadap kondisi tubuh mereka, terpaksa seluruh anggota tim berangkat ke pos yang lebih aman, dengan meninggalkan kedelapan anjing-anjing salju itu, dengan rencana untuk kembali menjemput anjing-anjing itu setelah pesawat mengantar anggota tim yang ada. Tapi... Tiba-tiba cuaca memburuk dan badai makin besar, jadi nggak memungkinkan untuk menjemput anjing-anjing itu, bahkan semua penerbangan di seputaran Antartica dihentikan selama musim dingin.

Akhirnya, Jerry pun kembali ke Amerika. Dengan segala cara, dia berusaha mencari jalan untuk bisa menjemput kedelapan hewan kesayangannya itu. Namun, semua sepertinya mentok.

Nah, disinilah cerita sesungguhnya dimulai. Mengenai upaya survival dari anjing-anjing salju itu. Beberapa hari sejak mereka ditinggalkan terikat di depan markas, mulailah mereka berusaha melepaskan diri. Kecuali Old Jack, yang sama sekali nggak berusaha melepaskan diri, bahkan menolak waktu diajak pergi oleh anjing yang lain. Lucunya, anjing-anjing ini seperti bisa pasang mimik wajah, jadi yang menonton bisa mengerti apa maksud gerakan menyenggol-nyenggol, mengelus-ngelus anjing lain. Seperti Old Jack, yang dielus-elus oleh Maya untuk diajak pergi, tapi tetap menolak, dan wajahnya seakan berkata : "Kalian pergi saja, aku nggak mau ikut. Aku sudah tua, aku nggak mau merepotkan kalian. Biarkan aku mati disini saja."

Setelah pergi meninggalkan markas, mereka berkeliaran di salju untuk mencari makan. Mulai dari burung, membongkar markas lain, mayat paus beku. Dan selama petualangan bertahan hidup itu, terlihat betapa binatang juga punya perasaan seperti manusia. Malah, di film ini terlihat, binatang punya perasaan sensitif. Waktu harus meninggalkan Old Jack, menemani Truman yang terluka sampai mati, berbagi makanan dengan Max yang dihukum oleh Maya karena gonggongannya membubarkan kawanan burung yang sedang bercengkrama, Max mengalihkan perhatian singa laut supaya yang lain bisa makan dari mayat paus beku yang dikuasai singa laut, menyerang singa laut karena telah melukai Maya, dan mencarikan makanan untuk Maya yang sedang terluka. Hingga akhirnya, setelah hampir  6 bulan mereka berupaya bertahan hidup, Jerry pun berhasil kembali ke markas dan menemukan ke-5 anjing yang masih sehat + seekor Maya yang terluka.

Waktu pertama kali aku nonton film ini (hari ini sudah kesekian kalinya nonton), aku sampai nangis. Ya iya lah, bahkan binatang punya perikebinatangan, terlihat dari kepedulian dengan temannya yang sedang terluka, mereka berbaring di sekitar teman mereka yang terluka. Terkadang terdengar suara tangisan anjing-anjing itu, terutama waktu salah satu di mereka mati. Binatang, makhluk ciptaan Tuhan yang tidak memiliki akal budi seperti manusia, malah punya toleransi tinggi terhadap sesamanya, seperti berbagi makanan dengan teman yang tidak kebagian makanan. Memang sih hanya sekedar film, tapi film ini inspired by true story lho.

Di lain pihak, aku terheran-heran dengan manusia, yang punya akal budi, hingga disebut ciptaan Tuhan yang paling sempurna, terkadang sikapnya kalah setia kawan, kalah toleransi, kalah perikemanusiaan (tentunya bukan perkebinatangan kayak anjing kan?), kalah pengertian dibanding yang ditunjukkan anjing-anjing salju di film Eight Below ini. Where did the real humanity go when the reality shows that people kill each other, fight each other, bomb each other, judge each other, hate each other, even eat each other (this is happening, human is eating another human, such as baby soup)?

Beberapa hari ini, ada teman-temanku yang curhat mengenai masalah yang mereka hadapi yang berkaitan dengan orang lain. Kesimpulan yang aku ambil : ternyata, manusia sekarang suka membuat masalah dengan sesamanya. Hal-hal kecil dibesarkan, hal yang besar diperbesar hingga menjadi masalah. Why don't we all look at the mirror? Nobody's perfect, that's for sure, tapi jangan hanya melihat kekurangan atau kesalahan orang lain untuk dipermasalahkan. Lihat ke cermin, bayangan di cermin itu pun tidak sempurna. Dalam diri kita masing-masing, banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Boleh saja melihat kesalahan orang lain, hanya dalam konteks kita belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Period.

Jadi, mari hidup damai satu dengan lain, saling membangun antar sesama manusia, dan saling mengasihi karena kita semua makhluk ciptaan Sang Empunya Semesta. Jangan mau kalah dengan binatang, karena kita diciptakan jauh lebih sempurna dibandingkan binatang.

GBU all...

Kamis, 04 Maret 2010

So many things to do, so little time

Baru aja terlintas quote  itu di pikiran, eh baca salah satu blog temenku, pas ada kata-kata itu. Ya, kayaknya banyak banget yang harus dilakukan, tapi waktu kan cuma 24 jam sehari. So, what to do?

Pertama, bersyukur. Sekedar share aja, bersyukur itu membawa berkat lho. Baru-baru ini, aku mengalami berkat di balik bersyukur. Meskipun keadaan seringkali tidak mengenakkan, di luar dugaan, bahkan bertentangan dengan apa yang kita harapkan, coba untuk bisa menerima keadaan yang sedang terjadi (bukan going with the flow lho, life should have direction) dan... bersyukur. Trus... rasakan deh bedanya. Biasanya hati akan terasa lebih plong dan yang jelas, nggak stress. Kemudian... jangan kaget kalau tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi ya... It doesn't always happen like that (kan Pencipta kita sudah mengatur alur hidup yang kreatif buat setiap kita), tapi apapun yang terjadi selalu katakan "Tuhan, Engkau baik."

Kedua, find your dreams and don't be afraid to take action to get your dreams. Ada mimpi jangka panjang, mimpi jangka pendek, cita-cita, dll. Apapun itu, jangan takut bermimpi. Kenapa? Karena bermimpi itu gratis! Kenapa nggak dimanfaatkan kalau gratis? Bukankah semua manusia suka gratisan? Hehe...

Ketiga, buat skala prioritas. Dengan seabrek kegiatan dan waktu terbatas, alangkah baiknya kalau diri kita sudah menetapkan prioritas yang akan dilakukan supaya nggak kelimpungan sendiri waktu semua deadline datang bersamaan. Yah, aku sendiri juga masih harus banyak belajar soal ini nih :)

Terakhir, just do it! Lakukan saja ketiga langkah di atas. Lihat hidup kita akan berubah. Mungkin nggak drastis, minimal kita akan bisa menikmati setiap hal yang terjadi dalam hidup kita.

So many things to do, so little time. Why don't we use that little time to enjoy our lives?
Smile... God loves us :)