Senin, 27 Desember 2010

Money Ruins...

Jangan pernah libatkan uang dalam hubungan pertemanan yang kita miliki, terutama pada teman-teman terdekat. Why? It could ruin the friendship. Just say that because I have experienced it myself. ^,^

Sekilas saja, dimulai dengan niat baik membantu temanku, berakhir dengan terlibat hutang dengan 7 digit angka. Bukan jumlah yang sedikit buatku. Dan yang menyedihkan adalah, hutang jutaan rupiah tersebut malah merusak hubungan pertemanan yang cukup dekat yang kumiliki dengan temanku itu. Awalnya aku berusaha supaya urusan perhutangan tersebut bisa selesai, namun ketika kulihat temanku seperti tidak punya niat untuk menyelesaikannya, mau nggak mau aku berkorban untuk membereskannya terlebih dahulu karena semua hutang itu tercatat atas namaku. Setelah semua kulunasi, masih belum ada juga insiatif apapun dari temanku, hingga akhirnya aku mengambil keputusan untuk 'forget it'. I think it's enough for me untuk berakting menjadi debt collector bagi temanku, supaya hubungan kami nggak lebih buruk dan anggap saja itu adalah harga yang harus kubayar untuk mendapatkan sebuah pelajaran dalam hidup. Tapi... Sayangnya, walaupun aku sudah nggak mempermasalahkan perhutangan itu, hubungan kami nggak lebih baik. Terlanjur...

Dan sekarang, aku mengalami hal yang relatif mirip, tapi dengan orang yang berbeda. Namun aku berharap ini hanya 'tersendat' saja, bukan 'macet total'. Jatuh di lubang yang sama? Haha... You can say that. Aku juga sempat berpikir begitu. Walaupun sempat ragu-ragu dan diingatkan oleh temanku yang lain, menurutku kali ini berbeda. Temanku yang satu ini adalah orang yang bertanggung jawab. Tapi... Kenyataan berkata lain, cicilan bulan kedua (dari dua belas) tak kunjung sampai ke rekeningku, membuatku harus menutupi pembayarannya dulu, again. Dan hubunganku dengan temanku ini juga menjadi hambar, padahal tadinya kami cukup dekat, kini jadi garing karena aku sendiri sudah nggak mau berperan menjadi penagih hutang, sehingga aku menunggu insiatif darinya saja, tapi...

Kedua kejadian ini membuatku banyak berpikir. Yang pertama adalah : Never involved money to our friendship! Ya kalau hanya beberapa puluh ribu atau bayarin makan dulu sih wajar, but don't get further. It could ruin, or worse, destroy our friendship. Kedua, berani berkata 'tidak'! Sometimes 'No' is the best answer we can get or give, untuk menjaga segala sesuatu tetap berada di tempatnya. Nggak selalu perubahan itu baik. Waktu hati nurani kita berbisik untuk menghindari hal yang baru, mungkin memang itu yang terbaik untuk kita lakukan.

Akar segala kejahatan adalah cinta uang. Itu kenyataan yang aku hindari. Aku nggak mau menjadi bad guy hanya karena alat tukar ini. Seharusnya kita, manusia, yang mengendalikan uang. Tapi banyak kali aku lihat, manusia yang malah dikendalikan uang. UUD, Ujung-Ujungnya Duit, begitu kata orang. Dan aku nggak mau menjadi orang yang UUD dan dikuasai uang. Money is just a tool. Period.

Oke. Ini akan jadi satu lagi pelajaran berharga buatku. Pelajaran dalam hidup memang kadang mahal harganya. Tapi mari kita lihat segala sesuatu dari sisi terangnya saja.

Smile! God loves us!

Jumat, 19 November 2010

If Only I Could Turn Back Time

Itu sepenggal kalimat dari lagu yang dulu pernah kudengar, entah siapa penyanyinya. Tapi kata-kata lagu itu yang kini sering berdengung di kepalaku. If only I could turn back time...

Pernah dengar kan kalau penyesalan selalu datang belakangan? Yah, kalau datang duluan namanya bukan penyesalan tapi antisipasi. Hehe... But, it's true. Kadang kita baru merasa menyesali sesuatu kalau 'sesuatu' yang ternyata berharga itu sudah hilang.

Kenapa aku angkat topik ini? Karena aku sedang merasa kehilangan. Aku lost contact dengan sahabatku. Bukan lost karena aku kehilangan handphone ataupun nomor telepon-nya, tapi karena cukup lama kami nggak berkomunikasi dengan intens seperti dulu. Sampai-sampai waktu ngobrol di telepon ataupun lewat YM or BBM jadi canggung, kayak orang nggak kenal yang gampang kehabisan topik. Padahal... Dulu, saking seringnya kami komunikasi lewat telepon, sampai orang-orang kantorku selalu ngira aku telepon-an dengan pacarku. Hahaha... Tapi sekarang... Fiuhhh... *menghela napas pasrah*

Sekarang, aku coba merunut-runut, sejak kapan dan apa penyebab hubungan persahabatan yang sudah kami lalui dengan baik selama 11 tahun menjadi berubah hambar. Menurut hasil analisa-ku sih... Sibuk. Ya, sejak bekerja kami punya kesibukan masing-masing yang semakin lama semakin banyak aktivitas yang menyita waktu, sampai waktu untuk membangun relationship antara kami pun semakin berkurang. Walaupun selama 2 tahun pertama bekerja tidak mempengaruhi kedekatan kami, entah kenapa memasuki tahun ke-3 di dunia kerja, baru mulai terasa betapa banyak waktu yang tersita untuk 'mencari sesuap nasi', bukan hanya pada jam kerja, tapi juga jam-jam lain yang berhubungan dengan kerja, seperti waktu di perjalanan, waktu istirahat. Bahkan, untuk sekedar meluangkan waktu untuk menelepon sejenak pun rasanya nggak sempat dan capek banget.

Tapi sebenarnya inti dari semua itu adalah kurang bisanya aku me-manage waktu. Kalau saja aku bisa me-manage waktu dengan baik, dengan sekedar mengirim SMS atau menelepon sekedar tanya kabar, mungkin persahabatan kami sekarang tidak se-garing ini. Why not? She's my best friend. If only I could turn back time, I would do it.

Now... Life must go on. Aku sedang mencoba memperbaiki hubungan kami yang sedang garing. Walaupun harus berjuang keras untuk mendapatkan kedekatan sahabat dengannya seperti dulu, Karena sahabatku ini, dialah orang yang selama 11 tahun selalu berada bersamaku di saat senang dan susah, sehat dan sakit, kaya dan miskin (hehe... kayak kutipan janji pernikahan ya...). But, she did. She is a shoulder to cry on, she's a friend I can share my secrets without worry that it might flown out, she's my best friend ever. Simply said, she's one of the best thing ever happen to me. And I really thank God for sending her to be my best friend, in the past, present, and future, she'll always be my best friend.

Satu hal yang aku pelajari dari kejadian ini. Waktu terlalu berharga untuk dilewatkan tanpa orang-orang yang kita kasihi. So, let's spend more time with the ones we love. They are precious people worth of our precious time. 

If only I could turn back time... Unfortunately, I can't. So, let's not regret our past times, but do better things with our times ahead.




PS : My best friend, you really are one of the best thing ever happen to me. Send my prayer and love to you. God bless you, my beloved friend. (I hope you read this ^,^)

Selasa, 02 November 2010

Here I Come Again...

Finally... Bisa aktif ber-blogging lagi. So, here we go again...

Salah satu kegemaranku selain nonton adalah membaca. Yah, membaca. Kayak hobi di biodata yang ditulis anak SD di diary temennya ya? Oops, apa anak SD sekarang masih ada kegiatan gitu ya? Maklum, jaman SD-ku sudah lewat belasan tahun lalu. Hehe...

Back to topic. I love reading books. Mulai dari komik, novel, kesaksian hidup, psikologi umum, dll. Syarat buku yang bakal habis kulalap cuma 1 : bahasanya ringan. Kalau bahasanya berat, sori sori deh, sebagus atau se-best seller apapun bukunya, nggak bakal kubaca sampai selesai. Hehe...

Belakangan ini sih aku lebih sering baca novel. Karena... Yah, menyesuaikan diri aja. Masa' terus baca komik "Serial Cantik" atau buku petualangan "Lima Sekawan"? Kayaknya udah lewat masa tayangnya tuh buku-buku, meskipun koleksinya masih tersimpan di lemari buku-ku.


Soal novel, aku pun pilih-pilih. Nggak semua novel kubaca. Singkatnya, sesuai seleraku aja deh. Untuk sekarang ini, aku lebih menikmati baca novel-novel lokal. Why? Soalnya budaya dan jargon yang digunakan lebih gampang dimengerti ketimbang novel-novel impor atau terjemahan. Yah, sesuai dengan kondisiku yang memang belum pernah meninggalkan negeri tercinta juga. ^o^

Nah, dari kegiatan baca membaca novel inilah aku terkagum dengan salah satu anak bangsa yang karya-karya novel-nya patut diacungi empat jempol. Dari keseluruhan aspek, novel-novel buatannya almost perfect. Mau tahu siapa? Namanya (entah nama asli atau nama pena, karena biodata-nya sulit sekali dicari) : Ilana Tan. Karya-karyanya baru 4 novel yang menghebohkan dunia pernovelan di kepalaku (hehe...) : Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo, dan Spring In London.


Terlihat kan kesamaan dari ke-empat judul novel itu? Ya, semuanya ditulis mengikuti 4 musim yang ada di dunia namun dengan setting tempat yang berbeda. Ada lagi yang lebih heboh : keempat novel ini bukan prekuel - sekuel, tapi sama sekali tidak ada kaitan cerita antara satu dengan yang lain. Tapi... ada kaitan tokoh di setiap buku. Maksudnya, tokoh utama wanita di setiap buku ini pasti adalah blasteran Indonesia. Dan juga, di setiap buku, ada tokoh-tokoh yang mengaitkan antar buku dan antar negara setting cerita. Rumit kan? Justru di situ kelebihan dari novel-novel ini.

Selain setting cerita dan tokoh yang tidak biasa, aku suka sekali gaya penulisan Ilana Tan di novel-novelnya. Pengenalan budaya dan istilah dari negara yang dijadikan setting novel sangat mendukung dan membangun suasana pembaca hingga seakan-akan ada di negeri orang. Juga alur cerita yang tidak terlalu terbuka sejak awal, selalu ada misteri yang disembunyikan pada awal cerita dan baru terungkap di pertengahan cerita. Bahasa yang digunakan juga sangat cerdas, meskipun formil tapi tidak membuat pembaca boring. Selain itu, ada beberapa bahasa penulisan tarik ulur yang belum pernah aku temui di pengarang lain (catatan : pengarang lain yang bukunya pernah kubaca ya...). Pokoknya, banyak sekali kelebihan yang aku temui pada diri pengarang yang satu ini sampai-sampai aku berani menempatkan dia pada Top 1 novelis Indonesia. Hehe... But, that's just my thoughts. 

Nah, untuk lebih detail membahas novel-novel Ilana Tan, tunggu posting berikutnya ya... Because I have to get some sleep before I wake up early in the morning. Dan aku juga belum membaca novel terakhir yang Spring In London. Hehe... So, about Ilana Tan and the novels, to be continued...

Rabu, 15 September 2010

Well... Tanpa terasa sudah 6 bulan aku nggak buka blog-ku ini saking banyaknya hal yang harus diurus. Kangen juga...

So, mau mulai aktif ber-blogging ria & tulis-tulis lagi. But not now. Hopefully dalam waktu dekat ini udah bisa aktif lagi. Harus urus modem dulu soalnya nih ^.^

Yah, it's ok lah. Doain aja supaya soal modem segera beres. Amin.

Jumat, 19 Maret 2010

Aneh...

Aneh... Entah itu cuma kebetulan atau apa, tapi kok sepertinya sering sekali terjadi. Apakah itu?

Setiap kali aku buka facebook, entah lewat laptop ataupun handphone, ada account salah satu temanku yang hampir selalu muncul di paling atas, dan kalau nggak di paling atas, ya di urutan ke-2 atau 3 dari atas, meskipun kadang2 postingnya sudah beberapa jam sebelumnya. Kenapa bisa begitu ya? Aku juga nggak tahu.

Apa ada maksud dari kebetulan-kebetulan yang sering terjadi itu ya? Who knows? Only God knows =)

Hehehe... Curhat dikit nih.

GBUs all....

Rabu, 17 Maret 2010

Lagi Ngapain?

"Lo lagi ngapain? Pasti nonton." Itu salah satu pernyataan (pertanyaan yang dijawab sendiri) dari sahabatku tiap chatting. Haha... Sejarah munculnya pernyataan itu karena saking seringnya dia tanya aku lagi ngapain dan jawabannya 95% lagi nonton, kesimpulannya aku nonton terus. Hehe... Nggak salah sih, karena aku memang hobi nonton :)

Post terakhir juga soal film Eight Below kan? Aku memang hobi nonton, tapi kebanyakan film yang kutonton tuh film Barat or Korea. Film Indonesia nggak gitu suka, paling beberapa FTV & film layar lebar yang 'bermutu' aja. Bukan nggak cinta produk dalam negeri, tapi kenyataannya memang produk perfilman negeri kita masih kalah jauh dari negara-negara lain, terutama Amerika dan Korea. Ini pendapatku pribadi lho, dua negara tadi yang saat ini jadi Leader di dunia perfilman.

Sebelum membandingkan dengan produk negara lain, review sejenak produk dalam negeri ya...
1. Sinetron
Kalau mau jujur, kebanyakan sinetron Indonesia kurang bermutu, dalam arti ceritanya bisa ditebak, kepanjangan, dan yang paling parah adalah : hampir nggak ada pesan moralnya. Yang ditonjolkan adalah penderitaan si pemeran utama yang sikapnya baik kayak malaikat tapi kadang-kadang terlalu polos, bahkan cenderung 'bodoh' dan si pemeran antagonis yang jahatnya nggak ketulungan.
2. Film Layar Lebar
Industri perfilman layar lebar Indonesia sih udah cukup maju dibandingkan sepuluh tahun lalu. Ya, sejak munculnya Petualangan Sherina, disusul Joshua oh Joshua, Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel I'm In Love, semakin banyak film layar lebar yang diproduksi. Kategori ini bisa dibilang lebih baik dibandingkan sinetron. Selain jalan cerita yang nggak berbelit-belit, ide cerita juga lebih kreatif, karena kadang-kadang juga diambil dari novel, seperti Laskar Pelangi. Tapi... Tetap saja masih banyak yang perlu dibenahi. Contohnya : jalan cerita yang bias seperti di kebanyakan film horror yang menampilkan adegan vulgar. Memang ada hubungannya ya antara adegan seronok dan menyeramkan sehingga banyak sekali film horror yang berbau vulgar? Atau adegan-adegan itu cuma jadi bumbu untuk menarik minat penonton? Menurutku, kalau mau bikin film horror, yang seram sekalian, nggak perlu diberi ekstra penyedap yang nggak penting. Kalau memang mau bikin film vulgar, ya sekalian saja. Intinya, jangan setengah-setengah.
3. FTV
FTV sekarang menurutku cukup baik. Walaupun jalan ceritanya juga nggak terlalu sulit ditebak, tapi penyampaiannya yang ringan dan nggak berbelit-belit serta nggak bercampur antar genre film (horor dan vulgar, misalnya) justru menjadi kelebihan FTV.

Nah, bagaimana dengan film Amerika atau dikenal dengan Hollywood? Jangan ditanya deh, itu kan pusat perfilman dunia, jadi agak terlalu jauh kalo mau membandingkan karya dalam negeri dengan film-film berkaliber dunia. Bukannya mengecilkan film Indonesia lho, tapi realistis. Menurutku, film-film Indonesia yang bisa bersaing di dunia perfilman Hollywood adalah film sejenis Laskar Pelangi, Denias Senandung Di Atas Awan, atau film lainnya yang memiliki pesan yang bagus di dalam ceritanya.

Lalu, perbandingan dengan Korea. Kalo soal drama Korea, sorry to say, jauh sekali mutunya jika dibandingkan dengan sinetron Indonesia. Lihat saja berapa banyak drama Korea yang diadaptasi secara ilegal menjadi sinetron, alasannya karena tentu saja ceritanya menarik. Bahkan ada film Korea yang diadaptasi secara resmi di Hollywood karena ceritanya yang unik.

Oya, ada sedikit tambahan. Bollywood. Dulu, film India dikenal dengan nyanyian dan tarian, dimana ada pohon, pasti langsung menyanyi dan menari. Tapi, baru-baru ini India mengubah image film-nya dengan film terbaru berjudul My Name Is Khan. Dengan bobot cerita yang baik, ditambah promosi besar-besaran, keberanian mengambil adegan film di White House, menciptakan sejarah baru dalam dunia perfilman India.

Lalu, kapan perfilman Indonesia maju? Bukan hanya film layar lebar, tapi layar kaca juga perlu mengalami pembaharuan. Kalo anda peduli terhadap perfilman Indonesia, yuk kita sama-sama ambil bagian dalam merubah sejarah perfilman Indonesia. Bagaimana caranya? Ikut terlibat. Tidak berarti beramai-ramai mengajukan diri menjadi artis lho... Mulai dengan mencari ide-ide segar untuk dibuat film, temukan ciri khas perfilman Indonesia, dll. Tidak sulit kan?

Go Perfilman Indonesia!!!

Senin, 15 Maret 2010

Perikebinatangan or perikemanusiaan?

I just finished watch one of my favourite movie. Eight Below. Mungkin film-nya nggak terkenal-terkenal amat, tapi berkesan banget buatku. Pesan moralnya, terutama. Aku ceritain sedikit ya... (agak banyak kayaknya, hehe...)


Eight Below

Seorang anggota tim penelitian di Antartica bernama Jerry Shepard. Salah satu tugasnya adalah mengantar  seorang ilmuwan, Dr. Davis McClaren yang datang ke Antartica untuk mencari batu dari planet Merkurius yang konon jatuh di sekitar situ, dan karena waktu Dr. McClaren datang pas salju sudah mulai menipis, jadi perjalanan nggak bisa dengan mobil salju, cuma bisa dengan kereta salju yang ditarik anjing-anjing salju. Singkat cerita, perjalanan mencari batu Merkurius itu berhasil dan Dr. McClaren bisa kembali dengan selamat berkat Jerry dan kedelapan anjingnya : Maya (the leader), Old Jack, Max, Dewey, Truman, Shadow, Buck, dan Shorty. Tapi, karena Jerry dan Dr. McClaren harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan terhadap kondisi tubuh mereka, terpaksa seluruh anggota tim berangkat ke pos yang lebih aman, dengan meninggalkan kedelapan anjing-anjing salju itu, dengan rencana untuk kembali menjemput anjing-anjing itu setelah pesawat mengantar anggota tim yang ada. Tapi... Tiba-tiba cuaca memburuk dan badai makin besar, jadi nggak memungkinkan untuk menjemput anjing-anjing itu, bahkan semua penerbangan di seputaran Antartica dihentikan selama musim dingin.

Akhirnya, Jerry pun kembali ke Amerika. Dengan segala cara, dia berusaha mencari jalan untuk bisa menjemput kedelapan hewan kesayangannya itu. Namun, semua sepertinya mentok.

Nah, disinilah cerita sesungguhnya dimulai. Mengenai upaya survival dari anjing-anjing salju itu. Beberapa hari sejak mereka ditinggalkan terikat di depan markas, mulailah mereka berusaha melepaskan diri. Kecuali Old Jack, yang sama sekali nggak berusaha melepaskan diri, bahkan menolak waktu diajak pergi oleh anjing yang lain. Lucunya, anjing-anjing ini seperti bisa pasang mimik wajah, jadi yang menonton bisa mengerti apa maksud gerakan menyenggol-nyenggol, mengelus-ngelus anjing lain. Seperti Old Jack, yang dielus-elus oleh Maya untuk diajak pergi, tapi tetap menolak, dan wajahnya seakan berkata : "Kalian pergi saja, aku nggak mau ikut. Aku sudah tua, aku nggak mau merepotkan kalian. Biarkan aku mati disini saja."

Setelah pergi meninggalkan markas, mereka berkeliaran di salju untuk mencari makan. Mulai dari burung, membongkar markas lain, mayat paus beku. Dan selama petualangan bertahan hidup itu, terlihat betapa binatang juga punya perasaan seperti manusia. Malah, di film ini terlihat, binatang punya perasaan sensitif. Waktu harus meninggalkan Old Jack, menemani Truman yang terluka sampai mati, berbagi makanan dengan Max yang dihukum oleh Maya karena gonggongannya membubarkan kawanan burung yang sedang bercengkrama, Max mengalihkan perhatian singa laut supaya yang lain bisa makan dari mayat paus beku yang dikuasai singa laut, menyerang singa laut karena telah melukai Maya, dan mencarikan makanan untuk Maya yang sedang terluka. Hingga akhirnya, setelah hampir  6 bulan mereka berupaya bertahan hidup, Jerry pun berhasil kembali ke markas dan menemukan ke-5 anjing yang masih sehat + seekor Maya yang terluka.

Waktu pertama kali aku nonton film ini (hari ini sudah kesekian kalinya nonton), aku sampai nangis. Ya iya lah, bahkan binatang punya perikebinatangan, terlihat dari kepedulian dengan temannya yang sedang terluka, mereka berbaring di sekitar teman mereka yang terluka. Terkadang terdengar suara tangisan anjing-anjing itu, terutama waktu salah satu di mereka mati. Binatang, makhluk ciptaan Tuhan yang tidak memiliki akal budi seperti manusia, malah punya toleransi tinggi terhadap sesamanya, seperti berbagi makanan dengan teman yang tidak kebagian makanan. Memang sih hanya sekedar film, tapi film ini inspired by true story lho.

Di lain pihak, aku terheran-heran dengan manusia, yang punya akal budi, hingga disebut ciptaan Tuhan yang paling sempurna, terkadang sikapnya kalah setia kawan, kalah toleransi, kalah perikemanusiaan (tentunya bukan perkebinatangan kayak anjing kan?), kalah pengertian dibanding yang ditunjukkan anjing-anjing salju di film Eight Below ini. Where did the real humanity go when the reality shows that people kill each other, fight each other, bomb each other, judge each other, hate each other, even eat each other (this is happening, human is eating another human, such as baby soup)?

Beberapa hari ini, ada teman-temanku yang curhat mengenai masalah yang mereka hadapi yang berkaitan dengan orang lain. Kesimpulan yang aku ambil : ternyata, manusia sekarang suka membuat masalah dengan sesamanya. Hal-hal kecil dibesarkan, hal yang besar diperbesar hingga menjadi masalah. Why don't we all look at the mirror? Nobody's perfect, that's for sure, tapi jangan hanya melihat kekurangan atau kesalahan orang lain untuk dipermasalahkan. Lihat ke cermin, bayangan di cermin itu pun tidak sempurna. Dalam diri kita masing-masing, banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Boleh saja melihat kesalahan orang lain, hanya dalam konteks kita belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Period.

Jadi, mari hidup damai satu dengan lain, saling membangun antar sesama manusia, dan saling mengasihi karena kita semua makhluk ciptaan Sang Empunya Semesta. Jangan mau kalah dengan binatang, karena kita diciptakan jauh lebih sempurna dibandingkan binatang.

GBU all...

Kamis, 04 Maret 2010

So many things to do, so little time

Baru aja terlintas quote  itu di pikiran, eh baca salah satu blog temenku, pas ada kata-kata itu. Ya, kayaknya banyak banget yang harus dilakukan, tapi waktu kan cuma 24 jam sehari. So, what to do?

Pertama, bersyukur. Sekedar share aja, bersyukur itu membawa berkat lho. Baru-baru ini, aku mengalami berkat di balik bersyukur. Meskipun keadaan seringkali tidak mengenakkan, di luar dugaan, bahkan bertentangan dengan apa yang kita harapkan, coba untuk bisa menerima keadaan yang sedang terjadi (bukan going with the flow lho, life should have direction) dan... bersyukur. Trus... rasakan deh bedanya. Biasanya hati akan terasa lebih plong dan yang jelas, nggak stress. Kemudian... jangan kaget kalau tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi ya... It doesn't always happen like that (kan Pencipta kita sudah mengatur alur hidup yang kreatif buat setiap kita), tapi apapun yang terjadi selalu katakan "Tuhan, Engkau baik."

Kedua, find your dreams and don't be afraid to take action to get your dreams. Ada mimpi jangka panjang, mimpi jangka pendek, cita-cita, dll. Apapun itu, jangan takut bermimpi. Kenapa? Karena bermimpi itu gratis! Kenapa nggak dimanfaatkan kalau gratis? Bukankah semua manusia suka gratisan? Hehe...

Ketiga, buat skala prioritas. Dengan seabrek kegiatan dan waktu terbatas, alangkah baiknya kalau diri kita sudah menetapkan prioritas yang akan dilakukan supaya nggak kelimpungan sendiri waktu semua deadline datang bersamaan. Yah, aku sendiri juga masih harus banyak belajar soal ini nih :)

Terakhir, just do it! Lakukan saja ketiga langkah di atas. Lihat hidup kita akan berubah. Mungkin nggak drastis, minimal kita akan bisa menikmati setiap hal yang terjadi dalam hidup kita.

So many things to do, so little time. Why don't we use that little time to enjoy our lives?
Smile... God loves us :)

Senin, 11 Januari 2010

Hadiah Jalan2 ke Bangkok untuk 3 hari 2 malam

Tahun baru.... 2010 adalah Tahun Pemulihan dan Kelimpahan!

Untuk menyambut tahun 2010, dan benar-benar merasakan Pemulihan di bisnis anda, serta Kelimpahan materi yang belum pernah dirasakan sebelumnya, S O L I D sudah menyiapkan sistem baru yang tentunya akan membantu setiap anda untuk semakin dekat dengan impian anda.

System 200.
Sistem yang dibangun untuk membawa anda selangkah lebih dekat dengan impian anda dengan cara yang simple. Dan tidak ketinggalan dengan adanya insentif ke Bangkok.

Apa sebenarnya System 200?
Keuntungan apa yang diperoleh dari System 200?
Bagaimana cara mendapatkan hadiah jalan2 ke Bangkok?

Mau tahu jawabannya?
Just call me!
Gihonia Amelia Winata
0812 183 3181; 021-99040488
char_emmanuella@yahoo.com