Rabu, 13 April 2011

THAT'S HOW...

Beberapa waktu yang lalu aku mengupdate status-ku di Facebook begini : "Haven't meet my best friend for a looonnnggg time." Ya, aku memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan sahabatku. Mungkin hampir 1 tahun. Lama kan?

Dan beberapa hari yang lalu, sahabatku itu berulang tahun. Tentu saja aku mengucapkan Selamat Ulang Tahun padanya. Dan tak lupa, minta ditraktir. Ehehe... Serius, aku minta ditraktir. Hanya saja, sebenarnya bukan ditraktirnya yang menjadi poin dari permintaanku, tapi aku sangat ingin bertemu dengannya, ditraktir hanyalah alasan. Bayangkan betapa anehnya, tidak bertemu sahabat sendiri selama setahun padahal kami berada di kota yang sama, Jakarta.

Dan jawabannya adalah : "Okay. Kalu ada kesempatan pasti aku traktir." Jawaban itu bukanlah penolakan, tapi entah kenapa sebagian dari diriku sedih dengan jawaban itu dan merasa itu sebagai sebuah penolakan. Karena sebagian dari diriku berharap, sangat berharap, kami bisa bertemu setelah sekian lama. Aku sedikit bercanda mengirim SMS balik dengan "Ga mau tau, harus ada kesempatan. Atur waktu ketemu aja lah..." But, no response about that statement I said.

Lalu aku merenung. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku mengajaknya bertemu, sejak beberapa bulan yang lalu aku sudah beberapa kali mengajaknya bertemu. Tapi selalu tidak ada kesempatan untuk bertemu. Ya, kami masing-masing bekerja dan punya kesibukan sendiri, jadi agak sulit mengatur waktu. Tapi kurasa, kalau diusahakan untuk mengatur waktu bertemu 1-2 jam kurasa masih bisa. Hanya saja, entah mungkin pihak sahabatku tidak se-ngoyo aku untuk bertemu.

Aku mulai merasa-rasa, berpikir dan berspekulasi dalam pikiran. Mungkin dia memang tidak ingin bertemu denganku. Mungkin juga dia sudah punya sabahat lain yang lebih baik dariku. Atau mungkin juga, she doesn't care about me as much as I care about her, she doesn't love me as much as I love her.

Tiba-tiba muncul sebuah suara lembut dalam hatiku. "Seperti itu juga rasanya bagi-Ku". Sontak aku tersentak, perkataan itu seperti menusukku. Ya, ternyata seperti itu rasanya menyayangi seseorang tapi orang yang kita sayangi tidak merespon, berhasrat untuk bertemu seseorang tapi orang yang ingin ditemui malah menghindar. Dan itulah yang dirasakan-Nya terhadapku, Sahabatku yang lain. Ketika banyak kali aku memprioritaskan hal-hal lain lebih daripada mendengarkan suara-Nya, saat aku melewatkan waktu untuk dihabiskan bersama-Nya dengan tidur karena kelelahan akibat aktivitas seharian. Seperti itu rasanya, bertepuk sebelah tangan. Dan yang bertepuk sebelah tangan itu adalah... Tuhan.

Hatiku hancur. Bagaimana bisa aku tidak ingat, Pribadi yang lembut itu menungguku, senantiasa menunggu untuk aku datang dan duduk bersama-Nya. Bagaimana bisa aku tidak sadar, Pribadi yang lembut itu begitu mengasihiku hingga Ia setia menungguku walaupun aku telah berulangkali mengecewakan-Nya. Bagaimana bisa aku tidak tahu, Ia begitu setia karena Ia menganggapku sahabat-Nya.

Then this words came to my head and made not only my heart but my eyes cry as well.

That's how You love me
With the way I can never understand
That's how Your love guide me
So I can't run anywhere

Yes, He loves me more than I can imagine. And this time, I will learn, really learn, how to love Him more. Love Him more than others, love Him more than I ever do. I'm still learning to love Him, but He always loves me with His perfect love. Cause He is love Himself.



Note : my best friend, yang namanya tidak kusebut, kalau kamu baca post ini, I just want you to know, you really are the best friend I could ever have.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar